Belajar Sejarah Islam Nusantara di TMII
Editor: Satmoko Budi Santoso
“Memang sangat bagus konsepnya, disatukan dalam satu wadah di kawasan TMII,” ujarnya.
Pada tanggal 20 April 1997, Bayt Alquran dan Museum Istiqlal diresmikan pembukaannya oleh Presiden Soeharto, bersamaan dengan HUT ke-22 TMII.
Bayt Alquran dan Museum Istiqlal ini sebagai tonggak perkembangan dan kebesaran Islam di Indonesia, menyiarkan kegemilangan di masa lalu, masa kini dan masa akan datang.
Didesain dengan arsitektur tradisional sentuhan modern, yaitu membangun bentuk bujur sangkar dan atap tumpang limasan. Atap susun yang semakin ke atas semakin kecil, dengan jumlah selalu ganjil, 3-5 tingkat. Ini mengacu pada Masjid Agung Demak.
Atap tumpang pada arsitektur bangunan melambangkan ketinggian falsafah hidup umat Islam Indonesia. Jika dilihat dari atas, tampak bentuk huruf ‘q’ yang secara simbolis mengingat kita pada Alquran.
Seluruh bangunan Bayt Alquran dan Museum Istiqlal terdiri tiga lantai dan satu lantai dasar, serta sebuah masjid. Bayt Alquran dan Museum Istiqlal secara struktural berada dalam organisasi Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama.
Bayt Alquran dan Museum Istiqlal menyimpan berbagai koleksi mushaf, selain Mushaf Istiqlal. Juga Mushaf Wonosobo, salah satu mushaf terbesar di Nusantara.
Mushaf ini ditulis oleh dua orang santri Pondok Pesantren Al Asy’ariyah Kalibeber Wonosobo, Jawa Tengah bernama Abdul Malik dan Hayatuddin. Mushaf ini ditulis selama 14 bulan, dari tanggal 16 Oktober 1991 hingga 7 Desember 1992.
Mushaf ini berukuran 145 x 195 cm dan ukuran teks 80 x 130 cm, ditulis dengan khat naskhi dan iluminasi yang sederhana.