JAKARTA — Uni Eropa (UE) mendukung upaya Indonesia mencapai target 100 persen minyak kelapa sawit berkelanjutan pada 2020.
“Sekarang kuncinya adalah membawa standar ISPO ke level global, sehingga akan dipertimbangkan oleh konsumen,” kata Duta Besar UE untuk Indonesia Vincent Guerend dalam temu media akhir tahun di Jakarta, Selasa (4/12/2018) malam.
Sejumlah kebijakan yang diambil Pemerintah Indonesia, seperti moratorium izin perkebunan sawit, tinjauan atas sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), replantasi kelapa sawit, intensifikasi lahan perkebunan, dan program pengembangan kapasitas petani kecil mandiri, dianggap telah menuju arah yang tepat.
Konsumen Eropa, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap industri yang berdampak besar terhadap kelestarian lingkungan dan pemanasan global, perlu meyakini bahwa sertifikat ISPO cukup kredibel untuk mencegah deforestasi dan degradasi keanekaragaman hayati.
Prinsip-prinsip keberlanjutan menjadi penting bagi konsumen Eropa yang merupakan importir terbesar kedua minyak sawit Indonesia setelah India.
Vincent menegaskan bahwa konsumsi atas minyak sawit akan tetap tinggi karena komoditas tersebut adalah elemen kunci dari banyak produk makanan.
Tetapi, secara objektif, masyarakat Eropa akan memilih minyak sawit yang diproduksi secara bertanggungjawab.
“Pemerintah Indonesia berkomitmen meningkatkan standar keberlanjutan dalam industri minyak sawit. Kami percaya pasokan akan memenuhi permintaan, begitu pula sebaliknya, permintaan dapat dicocokkan dengan pasokan,” ujar Vincent.
Menegakan standar yang jelas mengenai industri sawit berkelanjutan akan melindungi masyarakat lokal, ekosistem, dan cadangan karbon sejalan dengan Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).