Fredy: Expresslingua tak Sekadar Alat Belajar Bahasa Inggris
Editor: Koko Triarko
“Orang-orang ini tidak pernah kita kenal, dan kita hanya tahu melalui internet. Kita bisa bekerja dengan mereka, karena bisa berbahasa Inggris. Makanya, saya memotivasi anak-anak untuk bisa berbahasa Inggris,” ucapnya.
Sebagai orang IT, programer komputer dan sistem, Fredy meminta bantuan teman-temannya alumni UI untuk membuat cerita. Mereka pun berunding, berkolaborasi, sehingga lahirlah aplikasi Expresslingua.
Orang kalau sudah baca novel, ujarnya, pasti akan penasaran apalagi disuntik unsur penasaran itu, agar selalu ada keinginan untuk terus membaca. Di aplikasi ini terlihat banyak hal yang positif yang dimasukkan.
Menjangkau Negara Lain
Tahap awal produk Expresslingua dijual di Indonesia dan tahap kedua akan dijual di negara-negara berkembang, seperti di Timor Leste, Laos dan lainnya.
Nilainya universal dan ada juga unsur percintaan anak remaja di dalam aplikasi ini, tapi tidak vulgar, sehingga membangkitkan emosi dan penasaran.
Tentunya, tegas Fredy, pihaknya tidak akan berhenti di sini saja, sebab dalam perjalanan ada hal yang kurang, maka akan terus disempurnakan. Sebab, kalau berhenti di sini saja, setahun dua tahun orang mengikuti, maka pihaknya tidak akan menjadi apa-apa.
“Kita harus terus bergerak, mengembangkannya ke arah yang lebih baik. Bisnis ini pun tidak terlalu serakah, sebab yang menggunakannya para pelajar dari Sabang sampai Merauke, sehingga harganya pun jangan terlalu mahal,” sebutnya.
Fredy mengatakan, ada teman di Jakarta mengatakan, bahwa harga aplikasinya yang cuma Rp350 ribu terlalu murah, sebab bisa sejuta rupiah. Namun, dirinya tetap tidak ingin menaikkan harganya.