Kapal Otok-otok, Mainan Tradisional Edukatif yang Masih Diminati

Editor: Makmun Hidayat

Sebutan mainan miniatur kapal diakuinya lebih dikenal dengan kapal otok-otok yang berasal dari bunyi saat mainan tersebut dimainkan. Bunyi otok-otok, jelasnya, berasal dari suara saat mainan tersebut mulai berjalan dari proses pemanasan di dalam mainan.

Pembeli kerap diajari terlebih dahulu prinsip kerja mainan kapal otok-otok dengan mengisi air pada dua pipa di bawah miniatur kapal. Pada bagian dalam mainan kapal disediakan sebuah wadah untuk meletakkan kapas dengan bahan bakar minyak goreng. Wadah tersebut bisa dikeluarkan dan dinyalakan di luar lalu dimasukkan dalam kapal.

“Saat api sudah membakar dan suhu di dalam mulai panas maka akan membuat air keluar masuk melalui pipa knalpot, kapal bisa terdorong dan ada suara otok-otok,” terang Ari Irawan.

Sebagai mainan tradisional yang dijual saat sejumlah mainan modern muncul, Ari Irawan menyebut permintaan kapal otok-otok masih tinggi terutama di pedesaan. Selama satu kali kegiatan pasar malam ia mengaku menyediakan sekitar 500 kapal otok-otok, 300 diantaranya kapal otok-otok ukuran kecil sisanya sebanyak 200 merupakan kapal otok otok ukuran sedang. Harga yang ditawarkan ke pembeli yang kerap merupakan anak-anak bersama orangtua ukuran kecil Rp15.000 dan ukuran sedang Rp25.000.


Salah satu pengunjung pasar malam membelikan sang anak mainan kapal otok-otok – Foto: Henk Widi

Berjualan mainan tradisional yang masih diminati tersebut diakui Ari Irawan dalam semalam bisa menjual sekitar 20 hingga 30 kapal otok-otok atau mendapatkan omzet sekitar Rp200.000 hingga Rp300.000. Disebutkan Ari, mainan itu memiliki bentuk sederhana yang khas dengan bendera merah putih sekaligus warna-warni kapal diantaranya hitam, merah, biru, kuning serta berbagai warna menarik lain.

Lihat juga...