Mengenang Jasa Prajurit Indonesia di TMII

Editor: Makmun Hidayat

Bagian dalam menyajikan 14 diorama yang menceritakan tentang perlawanan terhadap penjajah untuk mempertahankan tanah air. Seperti, diorama Perang Padri, Perang Badung di Bali, dan Perang Lombok.

Selain itu, dipamerkan juga benda tiruan senjata seperti meriam, pakaian perang, panji-panji dan boneka peraga yang memakai busana prajurit tradisional dari setiap wilayah di Indonesia.

Formasi dalam melawan tentara Belanda, seperti formasi garuda yang dalam bahasa sansekerta disebut Ardhacandra Wyuha tersaji dalam ruangan museum ini.

Dari lantai dua, pengunjung bisa berlanjut ke halaman tengah Museum Keprajuritan Indonesia, dengan menuruni tangga. Di halaman tengah ini terdapat panggung terbuka dengan kursi yang melingkar. Panggung ini digunakan untuk pentas musik atau kegiatan lain.

Panggung ini juga dikelilingi ragam fragmen patung 23 pahlawan dari abad ke 7 hingga abad ke 19. Patung pahlawan yang terbuat dari perunggu berukuran 11 kali lebih besar dari manusia pada umumnya ini, seperti patung Pangeran Diponegoro, Mahapatih Gajah Mada, Imam Bonjol, Patimmura, Cut Nyak Dien, Nyi Ageng Serang, Cut Meutia, Untung Suropati hingga pahlawan Aceh.

“Ada 383 buah koleksi yang kita pamerkan tapi itu replika semua. Yang asli hanya dua meriam di halaman depan. Kita punya tradisi keprajuritan dari Aceh hingga Maluku,” ujarnya.

Layaknya sebuah benteng asli, atap bangunan Museum Keprajuritan juga dapat dijelajahi oleh para pengunjung. Mereka bisa melihat pemandangan TMII dengan jelas dari sisi atas Museum Keprajuritan.

Museum dengan bangunan unik ini selalu ramai pengunjung baik wisatawan nusantara maupun mancanegara, terlebih Sabtu dan Minggu juga liburan nasional.

Lihat juga...