Fuad Bawazier: Kurs Dolar Menuju Rp16.000

Editor: Makmun Hidyat

Pengamat Ekonomi, Fuad Bawazier - Foto: Sri Sugiarti

Bahkan pertumbuhan impor sampai dengan akhir 2019 akan lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor. Yaitu tahun 2019 impor diperkirakan tumbuh 7,1 persen, sementara ekspor hanya 6,3 persen. “Artinya, defisit Neraca Perdagangan akan membesar,” tukasnya.

Begitu pula menurutnya, dengan Current Account deficit (CAD) yang semula di taksir paling tinggi 2,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun melihat data yang ada sampai dengan September 2018, Menteri Keuangan Sri Mulyani akhirnya mengakui bahwa CAD akan melampaui 3 persen PDB.

“Dengan PDB Indonesia yang sudah mencapai USD1Triliun, berarti CAD akan defisit diatas USD30 Miliar,” ujarnya.

Seperti halnya sebut dia, yang terjadi di Itali, CAD yang melampaui 3 persen dan diiringi dengan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanda Negara (APBN), telah mampu mengguncangkan ekonomi Itali. “Hal yang sama sebenarnya sedang di hadapi keuangan Indonesia,” ujar mantan Menteri Keuangan (Menkeu) ini.

Sementara itu, lanjutnya, sentimen sentimen negatip membentang didepan mata atau pasar valas Indonesia yang semuanya mengarahkan pada pelemahan rupiah.

“Pertama, utang jangka pendek valas kita yang USD50 miliar yang berarti pasar valas akan berebut dolar,” tukasnya.

Kedua, aliran dana masuk untuk investasi portofolio ke negara negara berkembang dalam 2 tahun ini di taksir akan berkurang USD70 miliar. Sejak tahun 2010 Indonesia adalah salah satu penikmat utama aliran dana hot money ini, sehingga pasti akan sangat terpukul.

Ketiga, yakni akan terjadi penurunan nilai portofolio di pasar global yang berarti semakin sulit bagi pemerintah maupun swasta menerbitkan surat utang.

Lihat juga...