Fuad Bawazier: Kurs Dolar Menuju Rp16.000

Editor: Makmun Hidyat

Pengamat Ekonomi, Fuad Bawazier - Foto: Sri Sugiarti

JAKARTA — Pengamat Ekonomi, Fuad Bawazier mengatakan, pada Januari tahun 2018 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (UAS) masih di kisaran Rp 13.200. Lalu pada Mei tembus di angka Rp 14.000, dan kini Oktober berada di level Rp 15.200 atau rupiah telah melemah sekitar Rp2.000.

Celakanya sebut dia, faktor-faktor yang mendasari pelemahan rupiah itu masih utuh, bahkan dengan kadar yang memburuk. Faktor itu adalah pasokan dolar (supply of) ke perekonomian Indonesia yang menurun sementara permintaan terhadap dolar (demand for) terus menguat sehingga gap atau defisitnya semakin melebar.

“Sementara obat atau kebijakan yang diambil pemerintah belum ada yang efektif, bahkan cenderung memperburuk perekonomian Indonesia,” kata Fuad dalam rilisnya yang diterima Cendana News, Senin (8/10/2018) malam.

Untuk mempertahankan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia (BI) telah intervensi pasar valas yang di perkirakan telah menghabiskan USD10 miliar cadangan devisa BI. Menurutnya, kebijakan BI ini, selain merangsang spekulan valas, intervensi yang menurunkan cadangan valas itu justru semakin mengurangi kepercayaan pasar.

Sementara membela nilai rupiah rupiah dengan menaikkan suku bunga, seperti yang selama ini ditempuh telah mengurangi daya saing dan pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Langkah langkah tersebut menurutnya, ternyata tidak efektif, sebab hanya mampu mengobati gejolak pasar untuk sementara saja. Tapi belum menyentuh pokok masalahnya, yaitu shortage atau kekurangan dolar di pasar.

Dalam kenyataannya, defisit atau ketekoran dolar semakin membesar yang dapat di tunjukkan dengan semakin membesarnya defisit Neraca Perdagangan (Trade Balance) dari perkiraan awal tahun.

Lihat juga...