Anak-anak di Tengah Bencana Sigi

Mereka juga berlari ke gunung (Pombewe) yang jaraknya beberapa jam dengan berjalan kaki, mengungsi beramai-ramai meninggalkan rumah-rumah roboh, aspal yang terangkat, lahan sawah yang terbelah naik-turun tidak lagi beraturan.

Tetap Ceria

Mendengarkan cerita dan berbincang dengan Owen, Jois, Cliff dan teman-temannya menunjukkan mereka yang masih muda belia ini tetap ceria.

Bocah-bocah itu terlihat antusias mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan geografi “di mana Kabupaten Nunukan berada”. Pertanyaan ini terlontar setelah Owen mendapat celana olah raga bekas layak pakai berwarna dasar merah dan putih bertuliskan SDN 04 Nunukan.

Semua anak berebutan mencoba mengacungkan tangan untuk menjawab. Awalnya mereka menyebutkan nama-nama daerah di Sulawesi, namun setelah diberikan arah petunjuk jawaban yakni Pulau Kalimantan, semua kembali berebut menjawab.

“Kalimantan Barat … Kalimantan Timur,” teriak mereka bergantian.

Sampai akhirnya Cliff berteriak, “Oh aku tahu aku tahu, Kalimantan Utara!”.

Di tengah keceriaan itu, trauma itu tetap terbaca. Owen dan Jois yang ditanya apakah ingin segera kembali belajar di sekolah menjawab hampir senada.

“Iya, tapi sekolahnya (terbuat dari) kayu saja,” kata Owen.

Anak laki-laki bergigi putih dengan kulit legam terpanggang matahari ini mengaku masih takut jika harus berada di dalam gedung. Entah apa yang ada di benaknya hingga meminta sekolah dari kayu, mungkin sudah mendengar kalau rumah terbuat dari kayu lebih tahan gempa.

Jois langsung menyetujui ucapan Owen. Dia bahkan juga meminta agar sekolah bisa dipindahkan dari lokasi awal, karena takut terkena gempa dan likuifaksi lagi.

Lihat juga...