Gempa di Ambon Akibat Pergerakan Sesar Mendatar
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Menurut pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa yang terjadi di Ambon disebabkan oleh strike slip fault, dan tidak mengakibatkan tsunami. Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo, menyebutkan, bahwa pusat gempa ada di 40 km arah Timur Laut dari Ambon.
“Gempa di Ambon masuk dalam skala MMI II-V. Artinya masuk dalam skala ringan dengan tingkat kerusakan berefek hanya pada gedung yang tidak dibangun untuk bangunan tahan gempa,” kata Mulyono, usai acara konferensi pers karhutla di Graha BNPB Jakarta, Kamis (26/9/2019).
Dari hasil analisa, gempa ini terjadi sebagai akibat deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar atau strike slip fault.
“Menurut sejarahnya, kita melihat daerah ini memang masuk dalam jalur patahan. Sehingga potensi gempa ada di daerah tersebut,” ujar Mulyono.

Data mencatat, gempa sebelumnya terjadi pada 8 Oktober 1950 dengan magnitude 7,6 SR dan pada 12 Maret 1983 dengan magnitude 6,5 SR.
“Kita tidak bisa menentukan berapa magnitude yang akan terjadi dari sejarah. Karena nilai magnitude itu bergantung pada tingkat kekerasan batuan dan pergeseran patahannya. Jika kelenturan patahan itu sudah berkurang, maka akan terjadi benturan. Besar tidaknya, tergantung pada struktur batuan yang ada,” papar Mulyono.
Sejak pertama kali terjadi gempa, BMKG mencatat ada tiga kali gempa susulan. Menurut informasi dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), hingga Kamis sore, sudah tercatat tiga warga meninggal dunia dan 3 warga mengalami luka-luka.