Pengusaha Boneka Bekasi Tunggu Kebijakan Jaring Pengaman
BEKASI – Kalangan pengusaha boneka dan jasa bordir di Bekasi, Jawa Barat, menantikan kebijakan pemerintah dalam menyediakan jaringan pengaman bagi pemanfaatan bahan baku impor agar tidak terimbas kenaikan nilai tukar dolar AS.
“Sepanjang 2018 saja, kami sudah mengalami tiga kali kenaikan harga pembelian bahan baku boneka,” kata Ketua Himpunan Perajin Boneka dan Jasa Bordir (Hibas) Kota Bekasi, Soleman, di Bekasi, Minggu.
Menurut dia, pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS saat ini meresahkan bagi sekitar 100 lebih anggota Hibas di wilayah Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.
“Beberapa hari ke depan harga bahan baku pembuatan boneka dikabarkan akan naik lagi, karena kurs rupiah terhadap dolar AS yang kini tembus di kisaran angka Rp14.820,” katanya.
Menurut dia, imbas kenaikan harga bahan baku pembuatan boneka dan jasa bordir pada kalangan pengusaha rumahan itu adalah kenaikan harga produk di pasaran.
“Kami sudah tiga kali naik bahan baku, tinggal pasar mau terima atau tidak. Produksi sedang kita lakukan,” katanya.
Hibas Bekasi saat ini memproduksi sekitar 1 juta hingga 1,5 juta boneka per bulan dari kebutuhan pasar lokal 3-5 juta boneka per bulan.
Bahan baku produksi, kata Soleman, mayoritas disiapkan oleh produsen lokal, seperti bahan, mata boneka, kapas sintetis dan lainnya.
Namun, seluruh produk lokal itu memanfaatkan bahan baku pokok pembuatan dari luar negeri yang terimbas kurs saat ini.
“Misalnya benang, bahan baku itu didatangkan dari luar negeri,produsen di indonesia sifatnya hanya mematangkan saja. Benang dari luar negeri dirajut di Indonesia menjadi bahan baku boneka,” katanya.