Kekerasan Teman Sebaya Dominan di Sekolah
NEW YORK – Sebanyak 150 juta pelajar yang berusia 13-15 tahun adalah korban teman sebaya mereka, kata satu laporan yang dikeluarkan Dana Anak PBB (UNICEF) pada Kamis (6/9).
Studi baru tersebut mengukur jumlah pelajar yang melapor mereka telah dirundung selama satu bulan, atau terlibat dalam perkelahian fisik selama masa satu tahun.
Studi itu memperlihatkan bahwa bagi banyak orang muda, lingkungan sekolah bukan tempat yang aman, tapi daerah berbahaya tempat mereka harus belajar dalam ketakutan.
Henrietta Fore, Direktur Pelaksana UNICEF, mengatakan, peristiwa itu memiliki dampak negatif pada kesejahteraan pendidikan siswa, apakah mereka hidup di negara kaya atau miskin.
“Setiap hari, pelajar menghadapi banyak bahaya, termasuk perkelahian, tekanan untuk bergabung dengan gerombolan, baik secara pribadi maupun daring, disiplin yang kerah, pelecehan seksual dan kekerasan bersenjata,” kata Henrietta, Sabtu pagi.
Dalam jangka panjang, itu bisa mengarah kepada depresi, kecemasan dan bahkan bunuh diri. Kekerasan adalah pelajaran yang tak dapat dilupakan yang tak perlu dipelajari oleh anak-anak.
Laporan tersebut merujuk kepada bukti mengenai faktor risiko yang meningkatkan kerentangan anak-anak terhadap kekerasan. Bukti itu meliputi ketidakmampuan, kemiskinan parah, etnik dan status HIV. Mereka yang berada di tempat perawatan atau migran tanpa pendamping juga rentan.
Selain menghadapi bahaya dari teman sebaya, anak kecil terancam pemukulan oleh guru mereka. Hampir 720 juta anak usia sekolah hidup di negara tempat hukuman jasmani di sekolah tidak dilarang, dan tempat norma sosial memberi orang dewasa posisi kekuasaan untuk membenarkan penggunaan kekerasan guna mendisiplin anak-anak.