Jalan Tol VI: Sosrobahu yang Berarti Seribu Pundak
Oleh: Siti Hardijanti Rukmana
Sudah barang tentu, semua itu sangat besar artinya dan menjadi cambuk bagi kami yang terlibat langsung dalam pembangunan proyek ini.
Sahabat,
Pada suatu ketika, ada pier yang dihancurkan, setelah saya tanyakan, kenapa harus dihancurkan. Ternyata ada prosedur yang tidak dijalankan dalam proses pembuatannya, dan setelah diuji tidak memenuhi syarat konstruksi. Sehingga diputuskan untuk dihancurkan, dari pada akan mengganggu di kemudian hari.
Kecewa memang melihat pier yang sudah menelan biaya besar dihancurkan. Namun di satu sisi saya bangga terhadap mereka. Saya memberikan kepercayaan penuh. Dan mereka mengimbanginya dengan tanggung jawab penuh. Hal ini menunjukkan pula bahwa para petugas lapangan, memegang teguh nilai nilai profesi.
Sahabat,
Dalam melakukan tugas ini, saya memberlakukan sistem bottom-up. Yakni, proses dimana keterbukaan saya terapkan, mereka memberi masukan ke atas, baru kami bahas dan setelah ada kesepakatan, langsung saya delegasikan ke bawah. Jadi tidak hanya semata-mata perintah dari atas saja.
Bapak pernah mengajari saya: “ Kalau kamu berbuat, jangan hanya menerapkan kemauanmu sendiri saja. Orang tidak akan berhasil dengan sikap diktator. Pemimpin, harus bisa melakukan pendekatan dan memahami gagasan-gagasan orang lain. Kalau hanya gagasanmu saja yang dipakai, landasannya akan terlalu lemah. Gagasan orang banyak harus dirangsang untuk tumbuh demi suksesnya pekerjaan yang sedang kamu laksanakan bersama.”
Saya menyadari, bahwa proyek yang sangat besar ini, akan membawa banyak ujian bagi saya. Namun setiap saya berhasil melalui ujian tersebut, seperti telah mengangkat saya ke tingkat profesionalisme yang lebih tinggi.