Perajin Tempe-Tahu di Lamsel Terimbas Naiknya Dolar
LAMPUNG – Menguatnya nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah, berimbas pada sektor usaha kecil yang menggunakan bahan baku impor, seperti usaha tempe dan tahu di Desa Banyumas, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan.
Nilai tukar Dolar AS yang terus menguat hingga Rp14.500, berimbas pada nilai pembelian kedelai impor. Ansor (33), pelaku usaha tempe dan tahu di Desa Banyumas, mengatakan, kenaikan harga kedelai imbas dari kenaikan Dolar AS tersebut sesuai dengan informasi dari distributor kedelai, yang rutin mengirim laporan kepadanya setengah bulan sekali.
Ia menyebut, banyak pilihan jenis kedelai impor dengan merk berbeda, sebagian didatangkan dari Amerika Serikat dengan kualitas berbeda. Khusus untuk bahan baku pembuatan tempe dan tahu, Ansor sengaja memilih kedelai dengan kualitas sangat baik (grade A) dari salah satu distributor di Panjang, Bandarlampung.
“Secara langsung produsen tahu tidak bertransaksi menggunakan dolar, tapi imbas kenaikannya terasa dengan ikut naiknya komoditas kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu,” terang Ansor, saat ditemui Cendana News, Selasa (24/7/2018).
