Pembakaran Limbah Sisa Panen Akibatkan Polusi Udara
Redaktur: ME. Bijo Dirajo
Jumadi, salah satu petani penanam jagung menyebut sengaja membakar guna mempercepat proses pembersihan lahan. Meski menimbulkan polusi, pembakaran menjadi solusi tercepat pembersihan lahan saat kemarau.
“Efesiensi pembersihan lahan dengan membakar lebih cepat selesai dan rumput cikal bakal gulma bisa ikut terbakar,” beber Jumadi.
Jumadi menyebut saat musim penghujan dirinya membutuhkan waktu membersihkan lahan hampir satu bulan. Batang tanaman jagung yang basah harus dikeringkan dan dibakar setelah waktu tertentu sehingga bisa cepat dibersihkan.
“Lahan kembali bisa digunakan setelah semua limbah batang tanaman jagung dibakar sehingga mudah dilakukan pengolahan lahan,” terangnya.
Petani lain yang memilih membakar limbah pertanian di antaranya Saiful, warga desa Banjarmasin kecamatan Penengahan. Limbah jerami yang sebagian sudah diambil oleh sejumlah peternak selanjutnya dihamparkan hingga kering. Jerami akan dibakar setelah seharian dikeringkan menggunakan sinar matahari.
“Saat kemarau proses pembusukan juga akan lama karena tidak ada air, solusinya harus dibakar agar cepat selesai proses membersihkan lahan,” papar Saiful.
Ia tidak menampik asap proses pembakaran mengganggu pengguna jalan dan mengganggu pernapasan. Namun proses pembakaran jerami yang cepat diakuinya tetap diawasi.
Selain agar jerami lebih cepat terbakar, pengawasan dilakukan agar api tidak menjalar ke lahan perkebunan di dekat sawah. Setelah dipastikan menjadi abu ia melakukan proses pemadaman dengan air sungai.