Kemarau, Produksi Kopra di Lampung Selatan Meningkat

Editor: Mahadeva WS

Peningkatan produksi kopra justru terjadi pada saat menjelang kemarau. Sejumlah petani memilih menjual kelapa bahan kopra. Sepinya permintaan untuk kelapa butir membuat petani pekebun memilih menjual kopra. Membuat kopra bisa memangkas biaya produksi hingga Rp1,5juta untuk sekali angkut. Sementara biaya pengolahan kopra bisa dihemat hingga Rp500ribu dengan bantuan panas matahari.

Pembuat kopra lain di Desa Banjarmasin Kecamatan Penengahan Samsul (39) menyebut, saat kemarau perajin tidak perlu menutupi kopra yang sudah kering. Proses penjemuran di atas lantai semen dengan dihamparkan justru membuat daging kopra menjadi lebih cepat kering.

Proses penjemuran lebih cepat bisa dilakukan juga menggunakan alas terpal tambak yang memiliki kemampuan menghantar panas cukup baik. “Biaya operasional untuk bongkar tutup jemuran kopra bisa diminimalisir karena sejak pagi hingga sore kopra terkena terik sinar matahari,” terang Samsul.

Kemarau yang mulai tiba ikut memberi keuntungan bagi pembuat kopra. Perajin bisa menjual limbah pengolahan kopra, seperti batok kelapa. Batok biasa dijual perkarung Rp25.000 kepada pedagang sate dan ayam bakar. Sementara untuk air kelapa dijual Rp5.000 perjerigen. Dibantu sang istri Sumini (40), Samsul bisa memproduksi kopra dari 500 butir kelapa. Bahan baku didatangkan dari sejumlah desa yang ada di Kecamatan Penengahan.

Lihat juga...