Kemarau, Produksi Kopra di Lampung Selatan Meningkat
Editor: Mahadeva WS
LAMPUNG – Panas di musim kemarau memberikan manfaat bagi usaha pengeringan kopra di Lampung Selatan. Hal tersebut menjadikan petani di wilayah tersebut saat ini, banyak yang memilih membuat kopra dibandingkan dengan bertani.
Seperti yang dilakukan Hendra (30), pembuat kopra di Desa Hatta. Setiap kali memasuki musim kemarau, Hendra memilih membuat kopra dibanding menjual kelapa butir. Pengolahan kelapa menjadi kopra cukup menguntungkan karena bisa memberi keuntungan berlipat.
Proses pengeringan terbantu kondisi cuaca panas yang mempercepat proses penjemuran. Pada kondisi cuaca tidak karena mendung, proses penjemuran kelapa bisa berlangsung sepekan. Sementara saat hujan, pengeringan dilakukan dengan sistem penggarangan atau pengasapan dengan membakar batok kelapa.
Saat tiba musim kemarau, dari proses pencukilan buah kelapa hingga kering menjadi kopra hanya membutuhkan waktu tiga hari. Efesiensi waktu dan tenaga bisa diperoleh saat kondisi musim kemarau, dan kualitas kopra hasil penjemuran alami lebih disukai pengepul sebagai bahan baku minyak goreng.
“Saat musim hujan proses penjemuran kurang sempurna. Daging kelapa untuk kopra kerap berjamur apalagi jika terlalu basah tidak ada panas, harga jualnya juga anjlok karena kualitas rendah,” jelas Hendra, kepada Cendana News, Senin (16/7/2018).
Saat kemarau, harga kopra meningkat dari semula Rp9.000 menjadi Rp1.200 perkilogram di tingkat perajin. Bahan baku kelapa diperoleh dari petani pekebun dan dibeli dengan sistem gandeng seharga Rp1.000 pergandeng atau dua butir kelapa. Kelapa yang menjadi kopra diambil pengepul untuk dijadikan minyak goreng di pabrik.