Fuad Bawazir: Zaman Orba Utang Negara Tidak Diperdagangkan
Editor: Mahadeva WS
JAKARTA – Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier mengatakan, zaman Orde Baru (Orba) utang negara itu tidak bisa diperdagangkan di pasar. Utang negara dipergunakan untuk pembiayaan proyek.
Saat itu, utang negara disebutnya masih sedikit, sangat terkendali dan sehat. Sehingga negara mampu memberikan pertolongan kepada pihak swasta dan perbankan yang nyaris runtuh. “Kalau dulu kan kita zaman Orba tidak pernah ada masalah untuk membayar utang, karena selain jumlahnya kecil juga dipergunakan untuk proyek pembangunan,” kata Fuad kepada Cendana News usai diskusi publik bertajuk Kupas Tuntas Kasus BLBI, Jumat (13/7/2018).
Kondisi tersebut dinilainya berbeda dengan pemerintahan saat ini. Utang pemerintah saat ini bisa diperdagangkan di pasar seperti keberadaan Surat Utang Negara (SUN). Bahkan, utang tersebut dipergunakan tidak hanya untuk pembangunan, tetapi juga dipakai untuk anggaran rutin dan kegiatan lainnya.
Sehingga jumlah utangnya meningkat tajam, sementara pendapatan negara stagnan. “Utangnya membengkak dan sekarang kewalahan. Ini berpotensi jadi sumber krisis,” tandasnya.
Menurutnya, pada krisis 1997-1998, sumber utama penyebabnya adalah utang swasta yang melampaui kemampuan untuk membayar. Sedangkan kondisi utang negara pada saat itu masih kecil, sehingga negara mampu memberikan pertolongan kepada pihak swasta.
Pada pemerintah sekarang ini, tercatat di 2017 penerimaan pajak hanya mencapai 88,4 persen atau sebesar Rp 1.097 triliun dari target Rp 1284 triliun. Tercatat pula, di 2013-2017, pertumbuhan realisasi penerimaan pajak rata-rata hanya tujuh persen. Pencapaian penerimaan pajak tersebut kedepannya akan sulit mendorong pertumbuhan ekonomi.