Etika dan Estetika Busana ke Pura

Editor: Satmoko Budi Santoso

DENPASAR – Belakangan banyak sekali terjadi penyimpangan cara berpakaian ke pura dan pakaian pengantin, yang sudah tidak sesuai dengan pakem. Belakangan pakaian adat ke pura ada yang sudah tidak sesuai dengan etika dan estetika.

Salah satunya adalah menggunakan “kamen jadi” dengan belahan di tengah yang cukup tinggi yang digunakan saat bersembahyang ke pura.

Apakah hal itu melanggar etika atau tidak, hal inilah yang menjadi sorotan dari pemerhati busana Bali sekaligus desainer di gelaran workshop Busana Tradisional Bali dan Modifikasi di Gedung Ksirarnawa Art Center Denpasar, Minggu (8/7/2018).

Desainer kondang Tjokorda Abinanda Sukawati.-Foto: Sultan Anshori.

Salah satunya disampaikan oleh Desainer Pande Putu Wijana, misalnya. Menurutnya pakaian adat baik itu ke pura ataupun busana pengantin, hendaknya pada upacara yang bersifat sakral seperti pernikahan secara adat. Hendaknya memakai busana sesuai dengan pakem daerah masing-masing yang mengandung makna filosofi tinggi.

Desainer asal Gianyar yang dikenal dengan nama Tude Togog ini juga menambahkan, busana ke pura boleh-boleh saja mengikuti tren yang berkembang saat ini. Namun harus tetap diingat, tetap harus memperhatikan estetika dan etika dimana berada. Dia juga mencontohkan, saat ini di kalangan perempuan sedang ngetren pemakaian kamen jadi.

“Memang sekilas sangat simpel dan gampang dipakai, tidak ribet. Namun jika ditelisik lebih mendalam, apakah kamen jadi itu sudah sesuai dengan etika berbusana adat kita di Bali,” tanya Tude Togog kepada para peserta.

Lihat juga...