Lebaran, Mainan Tradisional Yogya, Laris

Editor: Koko Triarko

YOGYAKARTA – Masa libur lebaran, dimanfaatkan oleh sejumlah perajin mainan tradisional berbahan baku bambu asal Gunungkidul, untuk berjualan. Mereka mendatangi pusat-pusat keramaian dan obyek wisata untuk menjajakan beragam mainan kepada wisatawan.
Seperti terlihat di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, dan Pasar Beringharjo. Seorang pedagang mainan tradisional berbahan dasar bambu, Bowo Kino (44), warga Desa Semin, Gunungkidul, mengaku sudah berjualan sejak lebaran hari kedua.
Ia datang membawa ratusan mainan, seperti gasing, sempritan atau peluit peluit bambu, suling, othok-othok, hingga boneka akar wangi sebagai oleh-oleh atau cinderamata khas Yogyakarta.
“Sudah sejak 1989 setiap libur lebaran, saya selalu jualan di sini. Tahun ini saya bawa 500 buah mainan, Alhamdulillah, sudah laku 200 biji, lebih,” tuturnya Senin (18/6/2018).
Kino mengaku membuat sendiri sejumlah mainan tradisional berbahan dasar bambu tersebut. Dengan keahlian secara turun-temurun, ia mengaku bisa membuat 100 biji mainan setiap harinya.
“Harganya bervariasi, mulai dari Rp5 ribu sampai puluhan ribu. Biasanya saya setor ke Semarang, Jawa Tengah” ungkapnya.
Meski terksesan kuno, namun mainan tradisional berbahan dasar bambu buatan Kino tetap laris dibeli wisatawan. Hal itu juga tak lepas dari kreasi dan inovasi yang dilakukan para pembuat mainan tradisional seperti Kino.
“Biasanya wisatawan kan mencari oleh-oleh yang khas dan unik. Makanya, bisa tetap laku. Saya juga terus kembangkan model baru, biar tidak ketinggalan zaman,” tukasnya.
Berhari-hari menjual dagangan di kawasan Malioboro dan Pasar Beringharjo, Kino mengaku harus tidur di masjid setiap malam. Ia baru akan pulang saat dagangannya habis terjual atau masa libur lebaran telah usai.
“Biasanya kalau musim libur lebaran seperti ini bisa dapat untung sampai Rp2-3 juta. Ya, lumayan, karena kalau tidak lebaran tidak sampai segitu,” tuturnya.
Lihat juga...