Ramadan, Buras Banyak Diserbu Pembeli
Editor: Satmoko
MAUMERE – Buras merupakan makanan tradisional yang selalu diburu pembeli saat bulan Ramadan untuk berbuka puasa. Makanan tradisional etnis Tidung Bajo yang mayoritas merupakan nelayan sudah sejak turun temurun, mereka menetap di Kabupaten Sikka.
“Sejak pukul 3 sore saya mulai berjualan dan biasanya pembeli mulai ramai sejak pukul 5 sore. Kalau hari biasa cuma laku terjual 100 ribu rupiah saja tetapi saat bulan puasa bisa laku sampai 300 ribu rupiah,” ungkap Entis, warga Wuring Kota Maumere, Sabtu (26/5/2018).
Ditambahkan Entis, selain warga sekitar Wuring yang membelinya, warga lainnya dari seluruh pelosok Kota Maumere biasanya menjelang waktu berbuka puasa akan datang ke kampung Wuring untuk membeli makanan tradisional.
“Biasanya yang membelinya selain orang dari Sulawesi, warga lainnya pun sudah banyak yang suka makanan ini. Setiap hari kami jual di pasar senja 4 buah seharga 5 ribu rupiah dan harganya tetap sama selama bulan puasa,” terangnya.
Penjualan Buras dan aneka kue lainnya, kata Entis, memang mengalami peningkatan. Tetapi paling banyak orang membeli Buras sebab sudah menjadi kebiasaan saat buka puasa. Maka harus makan makanan lokal ini.
Sari, warga Wuring lainnya menambahkan, di hari biasa hanya laku terjual 50 sampai 70 ribu rupiah saja, pada bulan puasa bisa laku terjual sampai 250 hingga 300 ribu rupiah setiap harinya.
“Memang Buras sangat cocok untuk makanan berbuka puasa dan paling enak disantap dengan ikan kuah santan atau opor ayam .Pada hari raya Idul Fitri, Buras merupakan makanan wajib yang dihidangkan termasuk untuk para tamu,” terangnya.
Buras, lanjut Sari, merupakan makanan khas suku Bajo yang sejak turun temurun diwariskan oleh nenek moyang. Setiap tamu kehormatan atau pejabat yang datang selalu disuguhi makanan ini sebagai suatu kebanggaan dan menghormati tamu.