Warga Kaki Gunung Rajabasa Rasakan Buah Manis Lestarikan Lingkungan

Editor: Irvan Syafari

“Pada setiap perbatasan tanah milik saya dengan warga lain jenis tanaman bambu, pinang dan aren juga saya tanam sebagai penyelang namun menghasilkan secara ekonomis,” cetus Hendra.

Memiliki sebanyak sepuluh batang pohon aren layaknya Usman,ia mengaku hampir sebagian pekebun masih memiliki pohon aren. Pemilik biasanya akan menyewakan pohon aren dengan sistem bagi hasil pada produsen gula.

Sewa pohon aren dengan sistem bagi hasil dengan perolehan satu kilogram gula aren pemilik pohon mendapatkan jatah setengah kilogram. Jika rata rata harga per kilogram Rp20.000 dirinya bisa mendapatkan bagian Rp500 ribu untuk setengah kuintal gula.

Selain merasakan manisnya hasil menanam aren,saat musim berbuah aren jelang Ramadan buah kolang kaling dari aren juga laku dijual. Satu janjang kolang kaling di pohon dengan estimasi seharga Rp50.000 dirinya kerap memperoleh hasil ratusan ribu dari beberapa pohon. Selain buah aren ijuk warna hitam yang dimanfaatkan sebagai sapu kerap dibeli dengan harga Rp50.000 per kuintal.

“Saat ini ijuk pohon aren kerap dibeli oleh para pemilik usaha kolam untuk pemijahan ikan, penjernihan air dan pelindung tambak udang pada saluran air,” papar Hendra.

Hendra yang juga memiliki pohon rumbia menyebut sebagian pohon rumbia atau sagu ditebang untuk diambil sagu. Pohon sagu yang sudah berumur diregenerasi dengan mempertahankan tunas muda.

Gula aren hasil produksi warga desa Rawi yang mempertahankan pohon aren dijual Rp25.000 perkilogram jadi penghasilan tambahan warga -Foto: Henk Widi.

Menjelang Ramadan dan hari raya Idul Fitri kebutuhan tepung sagu disebutnya semakin meningkat. Penebangan pohon sagu diakuinya tetap diimbangi dengan penanaman pohon baru agar mata air di sekitar pohon sagu terjaga.

Lihat juga...