Warga Kaki Gunung Rajabasa Rasakan Buah Manis Lestarikan Lingkungan
Editor: Irvan Syafari
“Berbagai pengalaman banjir dan longsor yang pernah melanda wilayah Lampung Selatan menjadi cermin bagi warga untuk menjaga tanaman konservasi,” kata Usman.
Selain memberi manfaat untuk menghindari longsor di kawasan miring,Usman menyebut sengaja menanam jenis bambu,aren dan rumbia. Pohon bambu yang banyak diminta sebagai bahan bangunan, alat rumah tangga, bagan apung, dijual dengan harga Rp15.000 per batang dan kualitas super seharga Rp45.000 per batang.
Jenis pohon rumbia per pelepah dijual dengan harga Rp3.000 yang bisa dibentuk menjadi atap seharga Rp8.000 per meter. Jenis pohon aren disebutnya bisa dideres sebagai bahan pembuatan gula aren dengan harga saat ini Rp25.000 per kilogram lebih mahal daripada gula kelapa seharga Rp15.000 per kilogram.
Buah manis dari upaya menjaga lingkungan diakui Usman,desa di wilayah tersebut bahkan terhindar dari banjir,longsor. Tanaman produktif kakao, jengkol, petai pada saat musim berbuah bahkan memberinya tambahan penghasilan berkisar Rp200 ribu hingga Rp500 ribu per pekan. Sementara jenis tanaman kayu menahun jenis bayur, medang dijual dengan harga Rp1 juta hingga Rp2 juta per kubik.
Selain Usman, warga lain yang memetik buah manis dari menjaga lingkungan melalui menanam pohon di antaranya Hendra. Laki laki pemilik setengah hektare tanaman sengon menyebut lahan tersebut merupakan bongkaran dari kayu medang dan bayur.
Pasca penebangan kayu untuk bahan bangunan jenis kayu merah,dirinya bahkan menanami kembali lahan dengan tanaman sengon. Hasilnya selama hampir 12 tahun terakhir ia sudah memanen berkubik kubik kayu bernilai puluhan juta rupiah.