Stepi Tawarkan Pendekatan Intelijen Hindari Politik Uang
JAKARTA – Pengamat bidang intelijen yang juga kandidat doktor di Universitas Indonesia, Stepi Anriani, menawarkan pendekatan intelijen agar peserta pilkada tidak melakukan upaya instan dengan politik uang.
“Banyak calon-calon pemimpin berkualitas, berintegritas, seperti aktivis muda tidak bisa berpartipisasi karena mereka tidak punya uang akibat politik uang ini,” kata pengajar Sekolah Manajemen Analisis Intelijen (SMAI) itu, di Jakarta, Rabu (4/4/2018).
Tawaran pendekatan intelijen itu disampaikan Stepi Anriani, yang pada Selasa (3/4) di Jakarta, meluncurkan buku berjudul “Intelijen & Pilkada: Pendekatan Strategis Dalam Menghadapi Pemilu”.
Peluncuran sekaligus bedah buku itu menghadirkan tiga pembahas, yakni Menteri Pertahanan (Menhan) 2000-2001 Kabinet Persatuan Nasional pada pemerintahan Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid, dosen ilmu komunikasi Universitas Indonesia Effendi Ghazali dan komisioner KPU periode 2012-2017 Dr. Ferry Kurnia Rizkiyansyah.
Biaya yang tinggi untuk mengikuti pilkada, menurut Stepi, membuat kalangan yang berpotensi menjadi pemimpin daerah yang berkualitas tidak bisa ikut berkompetisi.
“Jika tidak punya uang tidak mungkin bisa maju,” tegasnya.
Ia kemudian merujuk yang pernah disampaikan Menteri Dalam Negeri 2009-2014 era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bahwa pada pilkada di Jatim, satu orang kandidat sekurangnya harus mempunyai biaya Rp1 triliun.
Karena itu, ia kemudian menawarkan pendekatan intelijen itu sebagai sebuah solusi, agar kandidat dan tim suksesnya tidak memilih pendekatan politik.
“Itu memang tidak mudah, namun kita mesti melakukan upaya agar politik uang tidak dipilih,” kata Sekjen Lembaga Penelitian dan Kajian Masalah Keamanan Nasional Democracy-Integrity and Peace (DIP) Centre itu.