Dalam bidang pemerintahan, kerajaan Samodra Pasai mencatat adanya Ratu Malikah Nur yang memerintah kerajaan Samodra Pasai pada sekitar 1380 M. Ada lagi raja perempuan yang memerintah Pasai di tahun 1428 M yaitu Ratu Nahrasiyah. Tercatat pula seorang sultan perempuan yang memerintah 1641-1675 yaitu Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah yang merupakan putri dari Sultan Iskandar Muda.
Sultanah tersebut dikenal cendekia dan menguasai bahasa Persia, Spanyol, Melayu dan Arab. Sultanah kedua adalah Nurul alam Naqiatuddin Syah (1675-1678), yang ketiga adalah sultanah Inayatsyah Zakiatuddin Syah (1676-1688) dan yang terakhir adalah Kamalatsyah Zairatuddin Syah yang memerintah pada 1688-1699.
Selain para sultan perempuan (sultanah) juga ada banyak perempuan yang menjadi panglima perang angkatan laut. Salah satunya adalah Laksamana Keumalahayati yang memimpin lebih dari 100 buah armada laut Aceh. Laksamana Keumalahayati ini juga dikenal sebagai diplomat ulung. Di samping Keumalahayati tercatat pula nama Cut Nyak Asiah yang memimpin armada Aceh Utara.
Di Jawa, tepatnya di Jepara ada seorang raja perempuan yaitu Ratu Kalinyamat. Di masa pemerintahannya Jepara menjadi bandar terpenting. Kalinyamat juga membantu Aceh menyerang pusat kekuasaan Portugis di Malaka. Ia juga membantu pimpinan perlawanan Hitu di Ambon yang juga menentang Portugis.
Di wilayah Sulawesi Selatan, tersebutlah seorang penguasa perempuan yaitu Siti Aisyah We Tenriolle yang memerintah Ternate (1856). Di masa pemerintahannya, Ternate berkembang pesat dan memiliki perhatian besar terhadap kesusastraan. Di zamannyalah dibuat ikhtisar epos La Galigo (yang kini diakui sebagai kekayaan dunia) dan pertama kali dibangun sekolah di Ternate.