Peneliti INDEF: Liberalisasi Pertanian Tanpa Daya Saing

Editor: Irvan Syafari

Ahmad Heri Firdaus, peneliti INDEF-Foto: M Fahrizal.

JAKARTA — Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus mengungkapkan, impor tidak dapat menstabilkan harga, terlebih ketika menjelang lebaran. Dia juga mempertanyakan, apakah benar impor memang bertujuan menstabilkan harga dalam menekan inflasi?

“Pada dasarnya impor bertujuan untuk menstabilisasi harga.Misalkan kita kekurangan pasokan, dan konsumsi bulan depan misalkan dinilai akan meningkat sekian persen, sedangkan produksi atau pasokan kita dinilai tidak dapat memenuhi penambahan konsumsinya sehingga harus cepat diputuskan harus ada impor,” jelas Firdaus, beberapa waktu lalu.

Dikatakan lagi, pada kenyataannya impor yang sudah berjalan pada masa lalu, justru malah tidak mampu menstabilkan harga. Di berbagai daerah saja masih terjadi ketimpangan harga antara Jawa dan luar Jawa dengan selisih harga yang cukup tinggi.

“Inilah yang saya nilai bahwa ada yang salah dalam tata niaga pertanian di kita, baik itu barang yang dihasilkan dari dalam sendiri yang dihasilkan dari petani kita maupun yang didatangkan dari impor, sehingga jelas bahwa kesalahan terletak pada tata niaganya,” ujar dia.

Kendala yang terjadi pada tata niaga itu bisa dilihat dari beberapa faktor bahwa pelaku usaha, pemerintah, semua mengetahui bahwa harga di domestik cenderung akan tinggi apabila pasokan berkurang sementara permintaan terus meningkat.

Dia memberi  contoh ketika ada kelangkaan beberapa komoditas pertanian di pasar maka harga menjadi mahal. Dalam hal ini Bulog harus menggelontorkan pasokan ke pasar (operasi pasar). Seharusnya dengan pasokan tersebut menstabilkan, namun jika pasokannya kurang maka yang terjadi adalah perencanaan impor yang dilakukan pemerintah.

Lihat juga...