Wirausaha Sosial Ekonomi Pancasila

OLEH MUHAMAD KARIM

Muhamad Karim Dosen Bioindustri Universitas Trilogi Jakarta/Dokumentasi Pribadi

FUTUROLOG kondang, Alfin Toffler pernah berujar, bahwa revolusi industri gelombang ketiga ditandai oleh penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Siapa yang menguasai informasi, ujarnya, ia akan menguasai dunia.

Kini revolusi industri telah memasuki gelombang keempat dinama kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat dunia semakin tanpa batas. Hingga ia pun mendisrupsi semua elemen kehidupan umat manusia. Perubahan yang begitu cepat otomatis mempengaruhi cara pandang generasi yang hidup di zaman sekarang ini.

Pola pikir, sikap dan perilaku generasi yang disebut milenial ini juga berkohesi dan beresonansi dengan perubahan yang begitu cepat. Lalu muncul pertanyaan, apakah era revolusi industri keempat ini pakem ideologi dan konstitusi, sebuah negara jadi teralienasi atau malah mati sama sekali? Meskipun patut disadari bahwa munculnya idiom baru yaitu “kewirausahaan sosial berbasis teknologi” (sociotechnopreneurship) telah menjadi “tren” baru yang memengaruhi semua segi kehidupan.

Padahal jika dicermati secara obyektif, idiom ini hanya metamarfosis dari kapitalisme agar mencapai keseimbangan baru dalam era revolusi industri 4.0. Lalu bagaimana dengan Indonesia yang telah mendeklarasikan dirinya punya Sistem Ekonomi Pancasila (SEP) sebagai sistem sendiri?

Apakah SEP mesti dibenturkan dengan tren yang mewabahi dunia ini ataukah justru dikonstruksikan secara hibrid dengan nilai-nilai lokal Nusantara yang menjadi akar ontologis dan epistimologi SEP?

Wirausaha Sosial ala Indonesia
Wirausaha sosial ala Indonesia sudah hidup dalam etnik Nusantara dan berkembang pesat setelah lahirnya negara Indonesia.

Lihat juga...