Petani Lamsel Mulai Panen Kakao
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG — Pada akhir bulan ini, petani kakao di Desa Padan, Penengahan, Lampung Selatan, mulai memasuki masa panen penyelang komoditas kopi coklat atau kakao.
Petani kakao di Desa Padan, Hendra, menyebut, sejak Februari tanaman kakao milik petani sudah bisa dipanen. Buah kakao yang matang disebutnya memiliki ciri kulit berwarna kuning dan bisa dipetik untuk dibelah, isinya dijemur memanfaatkan sinar matahari.
Meski sebelumnya telah dilakukan panen penyelang pada buah kakao yang sudah matang, pemanenan kakao diakui Hendra bisa dilakukan sepekan sekali dengan sistem pemilihan kakao usia tua. Pemilik lahan seluas dua hektare tersebut mengaku masa puncak panen raya diprediksi akan terjadi pada bulan Juni mendatang.
“Saya menanam kakao diselingi dengan kelapa hibrida dan pisang, sehingga dalam puncak masa panen bisa memanen tiga jenis komoditas sekaligus,” terang Hendra, Kamis (29/3/2018)
Pada masa panen penyelang tanaman kakao berjumlah sekitar lima ratus batang, dalam sepekan ia bisa menghasilkan kakao 100 kilogram. Kondisi tersebut akan meningkat saat panen raya. Dalam seminggu bisa mendapatkan hasil panen sebanyak 150 kilogram hingga 200 kilogram.
Menurutnya, di desa Padan ada puluhan hektare lahan kakao milik warga yang dikembangkan dengan sistem tumpang sari. Selama masa panen penyelang hingga puncak masa panen, ia mengaku dalam sebulan menghasilkan sebanyak 600 kilogram kakao kering.
Hasil panen kakao dengan penjemuran selama dua hari dengan harga Rp20 ribu per kilogram, ia bisa menghasilkan Rp1,2 juta.
Rozak, penampung kakao menyebut, sebagian petani langsung menjual buah kakao pada pagi hari bisa dijual sore hari dengan kadar air masih tinggi seharga Rp20.000 per kilogram. Sementara untuk hasil penjemuran selama dua hari dijual seharga Rp25.000 per kilogram dan dengan penjemuran lebih dari tiga hari bisa dijual seharga Rp30.000 per kilogram.