Peran Penting Soeharto, Soedirman, dan Sultan dalam Serangan Oemoem 1 Maret 1949

Oleh Eko Ismadi*

Eko Ismadi -Foto: Ist.

Generasi penerus sekarang ini tidak melihat besar kecil dari peristiwa ini atau membandingkan tentang kehebatan dengan pertempuran yang lain. Tetapi penulis sebagai warga negara dan penulis sejarah yang memahami akan hal ini menilai dampak dan manfaat dari serangan ini. Karena pada kenyataannya bila tidak ada serangan ini nasib perjuangan kita selanjutnya juga tidak dapat diprediksi.

Perintah siasat tidak ada menyebutkan tentang penyerangan ke Yogyakarta secara umum, tetapi hanya disebutkan, ”Lakukan serangan sebagai perlawanan terhadap Belanda.” Maka dari itu, Serangan Umum adalah Istilah dalam pemberitaan setelah serangan terhadap Yogyakarta sukses dan diketahui oleh seluruh dunia. Sebuah istilah yang didasarkan akan peristiwa serangan yang datang dari segal penjuru kota dan menyerang disebuh sudut kota yang menjadi kedudukan Belanda.

Setiap peristiwa sejarah memiliki peranan, pembelajaran, dan pelajaran dimana masing masing peristiwa sejarah tidak akan sama. Tetapi memiliki kelebihan yang berbeda pula. Kebetulan saja tokoh dalam peristiwa ini yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia, bukan sebuah rencana yang dipersiapakan oleh manusia.

Bagi penulis, Peristiwa serangan Umum 1 maret 1949, dalam analisa sejarah, tidak menunjukkan adanya upaya untuk menurunkan popularitas dan wibawa Jenderal Sudirman ataupun ingin mengangkat popularitas Letkol Soeharto. Tetapi, sebuah ide yang muncul diantara Sultan HB IX dan Letkol Soeharto sebagai Komandan Pasukan Ibu Kota, atau muncul dari keduanya, karena antara Menhan dan Pasukan Keamanan Ibu Kota, tentu memiliki hubungan erat dan komunkiasi intensi untuk mengurus negara.

Lihat juga...