Made Sutame Ajak Generasi Muda Lestarikan Budaya Bali Melalui Ogoh-Ogoh
Ia berharap agar anak muda tidak hanya melihat ogoh-ogoh dalam kondisi jadi, melainkan bisa melalui dan mengalami proses pembuatan ogoh-ogoh sebelum diarak pada festival serta malam pengrupukan.
Karya kreatif berupa keindahan tersebut bahkan kerap dilombakan sekaligus sebagai ajang menarik wisatawan saat digelar festival.
Sutame menuturkan membuat butakala ijo dengan kerangka kayu jambu, bambu tali, kawat, lem, spon, busa, kain. Bahan bahan tersebut diakuinya dibuat dengan menggunakan biaya yang dilakukan secara swadaya. Keindahan dan kreasi bisa disesuaikan dengan dana, yang disiapkan terlebih pada saat pembuatan aksesoris.
Wayan (17), salah satu warga dusun Yogaloka mengaku sejak duduk di bangku SMA membuat ogoh-ogoh dari I Made Sutame. Selama tiga tahun perayaan Nyepi Wayan mengaku kerap membantu pembuatan ogoh-ogoh bersama rekan-rekannya.
Ia sedang menyelesaikan pembuatan ogoh-ogoh berbentuk tokoh kartun anak anak untuk diarak. Para pemuda menyempatkan waktu sepulang sekolah menyelesaikan pembuatan ogoh-ogoh.
“Ogoh-ogoh merupakan salah satu kreativitas seni yang akan dipertunjukkan pada festival sekaligus untuk ritual sehingga kami harus bisa membuatnya,” ujar Wayan.

Menurut Wayan saat proses perarakan anak anak bahkan dilibatkan. Pembuatan yang sudah melibatkan anak anak ikut mendorong kreativitas para pemuda. Selain itu dia mempertahankan dan melestarikan seni dan budaya Bali meski sudah tinggal di Sumatera.