Made Sutame Ajak Generasi Muda Lestarikan Budaya Bali Melalui Ogoh-Ogoh
LAMPUNG — Tahun Baru Saka yang merupakan peringatan Hari Raya Nyepi menjadi salah satu momen yang ditunggu oleh umat Hindu, termasuk warga yang tinggal di Dusun Sumur, Desa Yogaloka, Kecamatan Ketapang.
Salah seorang di antaranya I Made Sutame (40) berasal dari Denpasar Bali. Dia dan keluarganya sudah puluhan tahun menetap di Lampung. Karyawan salah satu perusahaan swasta tersebut mulai membuat ogoh-ogoh untuk rangkaian pelaksanaan Hari Raya Nyepi 2018/1940 Saka.
Sutame mengatakan, sudah membuat ogoh-ogoh sejak muda, saat membantu orangtuanya membuat patung untuk rangkaian upacara tawur kesanga sebelum Nyepi.
Ogoh-ogoh berasal dari Bahasa Bali, yang berarti sesuatu yang digoyang goyangkan. Ogoh-ogoh dibuat sebagai lambang buta kala, yang berfungsi untuk menetralisir roh jahat yang menguasai alam manusia antara kebaikan dan kejahatan.
Ia menyebut ogoh-ogoh, ekpsresi kreativitas masyarakat Hindu dalam menyambut pergantian tahun baru Saka.
“Ogoh-ogoh kerap diarak dalam acara pengrupukan sehingga tidak lepas dari perkembangan seni sehingga kreasinya bisa beragam dari setiap banjar umumnya berbentuk butakala di antaranya kala bang, kala ijo, kala lampah, kala ireng dan ogoh-ogoh kekinian,” terang Sutame kepada Cendana News, Minggu (4/3/2018)
Perkembangan zaman disebutnya membuat visualisasi ogoh-ogoh menyesuaikan minat dan kreativitas warga pemeluk Hindu di wilayah Lampung. Setiap dusun di wilayah dusun atau banjar di Kecamatan Ketapang, yang mayoritas memeluk agama Hindu akan membuat ogoh-ogoh berbeda.
Selain ogoh-ogoh butakala berupa raksasa menyeramkan, butakala kekinian seperti raksasa peminum, tokoh kartun bisa dibentuk menjadi ogoh-ogoh.