Saya tersenyum. “Ah, Ayah, itu kan urusan Tuhan. Kita hanya wajib terbuka dan berusaha,” kata saya.
Ibu memeluk saya. “Ibu percaya, hati kamu begitu indah,” bisiknya. Airmatanya terasa membasahi pipi saya.
***
Hari minggu pagi Siti datang dengan membawa bibit bunga bakung.
“Ini bunga bakung hutan, Bu,” katanya. “Bunganya merah menyala, pink, ada juga yang putih. Orang sini biasa memakai bunga bakung ini sebagai pertanda musim hujan. Meski hujan sudah turun sekali-kali, tapi bila bunga bakung ini belum berbunga, orang sini tidak berani bertani.”
“Oh, jadi kemarin demam itu karena mencari bunga bakung hutan kehujanan, ya?”
Siti tersenyum. “Tapi nanti taman kita akan indah, Bu,” katanya. “Saya ingin pintar, Bu.”
Teman-teman Siti mulai berdatangan. Mereka menjinjing pepohonan, entah pohon apa. Mereka mencium tangan saya. Saling bercanda dengan yang lainnya.
Saya tersenyum. Tapi hati ini tetap merasa sepi. Saya seperti orang buta yang baru saja diberi keajaiban bisa melihat. ***
Keterangan:
Raskin = Beras miskin, beras dari pemerintah yang dibagikan untuk masyarakat miskin. Di RT/RW biasanya harus ditebus dengan harga sekiar 2-3 ribu rupiah per kilogram. Raskin seringkali berbau apek yang luar biasa. Memasaknya harus memakai bumbu pandan, salam, serai, biar bau apeknya berkurang.
Yus R. Ismail, menulis cerpen, novel dan puisi. Buku fiksinya yang sudah terbit Si Kabayan Return (BIP, 2017), Dongeng Putri Bulan (Bitread, 2017), Miss Maya and other Sundanese Stories (Kiblat Desember 2014, Yayasan Lontar 2017) yang menyertakan lima judul carpon (cerpen berbahasa Sunda) Yus di dalamnya, diterjemahkan oleh C.W. Watson. Selain itu adalah Pohon Tumbuh Tidak Tergesa-gesa, Disebabkan Oleh Cinta, Sepanjang Jalan Cinta, Pencuri Hati, dan sebagainya. Cerpen-cerpennya pernah dipublikasikan di Media Indonesia, Kompas, Republika, Koran Tempo, Suara Karya, Tribun Jabar, Pikiran Rakyat, Horison, dan sebagainya.