Harga Komoditas Pertanian di Pasar Tradisional Lamsel, Naik

Editor: Satmoko

Minimnya pasokan sayuran dari Lampung Selatan diakui Sumini karena sebagian wilayah terimbas banjir luapan Sungai Way Pisang dan Way Sekampung. Wilayah penghasil sayuran disebutnya berada di Kecamatan Palas, Sragi dan Candipuro masih terimbas banjir dengan kerusakan pada lahan pertanian khususnya sayuran. Sejumlah petani yang masih bisa menanam sayuran sebagian memanfaatkan tanggul dan lahan yang berada jauh dari area terdampak banjir.

Dwi Utari (kanan), PPL UPTD TPHBun Kecamatan Ketapang melakukan pemanenan cabai milik kelompok tani Persada Mandiri Desa Karangsari Kecamatan Ketapang [Foto: Henk Widi]
Meski mengalami kenaikan pada beberapa komoditas, sejumlah komoditas disebut Sumini justru mengalami penurunan. Penurunan terjadi pada jenis beras biasa Rojolele semula seharga Rp12.500 kini hanya dijual seharga Rp11.000 per kilogram, telur ayam negeri semula Rp13.000 menjadi Rp12.000, dan gula merah semula Rp12.000 menjadi Rp11.000 per kilogram. Jenis kebutuhan dapur lain diakuinya mengalami kenaikan dan penurunan beragam dari kisaran Rp500 hingga Rp1000 per kilogram.

Selain pedagang sayuran, pedagang bumbu dapur bernama Mistinah (50) mengungkapkan, kenaikan bumbu dapur terjadi sejak dua pekan terakhir. Jenis bumbu dapur berupa kencur semula seharga Rp30.000 menjadi Rp40.000 per kilogram, laos semula Rp5.000 menjadi Rp6.000 per kilogram, kunyit semula seharga Rp4.000 menjadi Rp6.000, jahe sebelumnya Rp12.000 menjadi Rp16.000 per kilogram.

“Kebutuhan bumbu umumnya banyak diminta oleh ibu rumah tangga dan juga para pemilik usaha rumah makan, selain itu pembuat jamu tradisional juga kerap membeli,” terang Mistinah.

Lihat juga...