Curah Hujan Pengaruhi Harga Jagung Petani Lamsel
Editor: Irvan Syafari
LAMPUNG — Curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah Lampung Selatan berimbas pada sejumlah petani jagung, yang sebagian besar masih memasuki masa panen. Di antaranya petani jagung yang terkena dampak musim hujan berada di Kecamatan Penengahan, Ketapang dan Sragi. Tanaman jagung yang tidak bisa disimpan dalam waktu lama, bahkan saat masih berada di kebun. Petani memilih menjual cepat dengan resiko harga rendah.
Bukhori (50), petani jagung di Desa Banjarmasin, Kecamatan Penengahan adalah salah satunya. Dia mengaku, harga jagung panen sangat dipengaruhi kadar air. Pembeli biasanya akan melakukan pemotongan harga dengan kadar air tinggi sebesar 20 hingga 30 persen.
“Kami para petani tidak bisa berbuat banyak karena untuk pengeringan alami nyaris mustahil dengan kondisi mendung dan hujan dominan terjadi bahkan tidak adanya pengering mesin membuat kami terpaksa menjual cepat jagung paska panen,” ungkap Bukhori, Selasa (13/3/2018)
Potongan tersebut diakuinya sudah umum terjadi dalam kondisi cuaca hujan di tingkat petani, pengepul hingga ke pabrik. Pada masa awal panen jagung semenjak Februari ia mengaku harga jagung masih bertengger pada angka Rp3.300 per kilogram.
Dengan adanya pengurangan potongan bisa hanya seharga Rp3.000. Saat panen Maret dengan harga Rp3.050, dengan adanya potongan ia hanya bisa menjual Rp2.800 per kilogram.
Adanya potongan akibat kadar air yang masih tinggi tersebut diakui Bukhori, dipastikan akan merugikan dirinya sebagai petani jagung. Perhitungan dari biaya pembelian bibit, operasional pengolahan tanah, penanaman, pemupukan hingga proses pemanenan memakai buruh petik dan buruh angkut.