Cuaca Hujan Akibatkan Penjemuran Ikan Terhambat

Editor: Satmoko

Kondisi hasil tangkapan ikan dari nelayan bagan congkel dan bagan apung bahkan kerap bisa memperoleh bahan baku sekitar 1 ton. Hasil tangkapan nelayan diperoleh dari wilayah Kalianda, Bakauheni dan Ketapang. Meski demikian, ia menyebut, proses pengolahan teri rebus dan ikan asin rebus terkendala oleh cuaca dan bahan baku.

“Saat cuaca baik dan pasokan bahan baku dari nelayan lancar, proses pembuatan teri rebus dan ikan asin efisiensi waktu dan biaya,” terang Masturi.

Ikan asin selar yang sebagian masih basah terpaksa diangkat dan dibawa ke lokasi perebusan akibat hujan [Foto: Henk Widi]
Masturi yang mengolah teri dan ikan asin rebus milik Misri sebagai bos produsen teri dan ikan asin rebus menyebut, cuaca menjadi kendala paling utama usaha kecil tersebut. Saat kondisi cuaca kurang baik ia memastikan biaya untuk para pekerja melakukan proses penjemuran membengkak. Sebab sebagian pekerja bekerja dengan sistem harian sehingga biaya untuk membayar pekerja lebih banyak dibandingkan saat kondisi cuaca panas.

Kondisi cuaca terik matahari yang sempurna membuat proses penjemuran bisa lebih singkat. Proses penjemuran dengan waktu sehari hanya membutuhkan biaya puluhan ribu untuk satu karyawan, berbeda jika hujan bisa membengkak ratusan ribu dalam beberapa hari. Imbasnya, biaya operasional pembuatan teri dan ikan asin rebus juga akan membengkak dibandingkan saat kondisi cuaca panas terik.

Salah satu pembuat teri dan ikan asin rebus di Desa Maja Kecamatan Kalianda juga mengeluhkan kondisi cuaca yang didominasi hujan.

Hendra (40) salah satu pembuat teri rebus saat dihubungi mengaku, terpaksa menjual ikan teri bahan bakunya kepada pembuat teri di Bakauheni. Proses pengoperan bahan baku hanya memberi keuntungan Rp10.000 per cekeng dibandingkan jika dibuat menjadi teri rebus.

Lihat juga...