Rupiah Melemah Ke Rp13.676
JAKARTA – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (22/2/2018) sore bergerak melemah. Rupiah melemah sebesar 64 poin menjadi Rp13.676 dibandingkan sebelumnya pada posisi sebelumnya yang berada di Rp13.612 per dolar AS.
Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong menyebut, pelemahan rupiah terhadap dolar AS pada dasarnya dikarenakan hasil risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 30-31 Januari lalu. “Risalah pertemuan FOMC yang diumumkan dini hari tadi memberi sinyal hawkish terhadap suku bunga The Fed,” jelasnya, Kamis (22/2/2018).
Menurutnya, The Fed memberi sinyal untuk menaikan suku bunganya. Kebijakan tersebut diambil mempertimbangkan sejumlah data ekonomi seperti pasar tenaga kerja dan inflasi yang menunjukan perbaikan. Sentimen dari beberapa bank sentral negara maju yang cenderung melakukan pengetatan kebijakan juga turut membuat jarak antara suku bunga di dalam negeri dengan negara maju semakin tipis.
“Faktor domestik masih belum mendukung penguatan rupiah menyusul perkiraan pertumbuhan ekonomi yang belum maksimal, dimana membuat BI 7-day Reverse Repo Rate tidak akan dinaikan dalam waktu dekat. Situasi itu, membuat yield instrumen investasi di dalam negeri menjadi kurang menarik,” tandasnya.
Kendati demikian diperkirakannya, fluktuasi mata uang rupiah di pasar valas relatif masih kondusif seiring dengan adanya penjagaan dari Bank Indonesia. Situasi itu cukup membuat pelaku pasar tidak khawatir. “Yang penting fluktuasi rupiah di pasar tidak bergejolak dengan kisaran yang lebar,” jelasnya.
Di sisi lain, lelang obligasi pemerintah yang melebihi penawaran yang ditetapkan juga turut menjaga pergerakan rupiah. Pemerintah telah menyerap Rp8,47 triliun dari lelang SBSN, dengan total penawaran yang masuk sebesar Rp13,3 triliun.