Dalang itu Harus Netral dan Merdeka

Editor: Mahadeva WS

Selain mengajak tokoh yang menanggap untuk memaparkan visi dan misi ke atas panggung. Kiat lain yang diterapkan adalah, meminta masyarakat penonton menyampaikan usulan secara langsung baik kepada parpol atau tokoh yang mengundang.

“Saya tinggal garis bawahin saja. Kalau di pewayangan ada perkataan latih pakarti nyawiji. Ucapannya, batinnya, dan langkahnya itu sama, Nak iyo-iyo, nak ora-ora. Itu hati-hati menjadi catatan,” tukasnya.

Ki Mantab berharap dalang-dalang muda jangan sampai terpengaruh di tahun politik. Karena ketika terpengaruh kondisi biduk rumah bisa tidak rukun karena keberpihakan dan pembelaan kepada parpol. “Partai itu bukan jaminan untuk bisa menghidupi seniman dalang,” imbuhnya.

Selama hidup Ki Manteb menyebut, perjuangannya menjadi dalang dilakukan sendiri tanpa

Ketua Umum PEPADI, Kondang Sutrisno di Teater Kuantaman Gedung Pewayangan TMII, Jakarta, Selasa (27/2/2018) – Foto : Sri Sugiarti.

bantuan pihak lain. Beruntung ada Persatuan Pewayangan Indonesia (PEPADI) dan Sekertariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENA WANGI) yang menjadi rumahnya para seniman pedalangan.

Ketua Umum PEPADI Kondang Sutrisno menambahkan, seniman dalang sebisa mungkin harus netral. “Soal ditanggap partai manapun bebas. Kalau tidak netral justru akan merugi karena dipegang satu partai,” ujarnya.

Di tahun politik ini seniman dalang dipastikan panen manggung. Sehingga para dalang sebenarnya memiliki peranan penting dalam upaya meredam suasana politik. Seperti yang terjadi saat Kampanye Indonesia Damai. Menurut Kondang saat itu para dalang tampil di beberapa titik. “Terbukti bisa meredam suasana. Dalang itu harus menyampaikan pesan moral yang menyejukan masyarakat,” pungkasnya.

Lihat juga...