Produsen Teri Tawar dan Asin di Bakauheni Kekurangan Bahan Baku

LAMPUNG — Produsen ikan teri tawar di Dusun Muara Piluk, Desa Bakauheni, Kecamatan Bakauheni, mengaku sejak awal tahun ini kekurangan bahan baku.

Haji Aras (70), nelayan yang menekuni usaha pembuatan teri tawar, mengaku kerap menjemur ikan teri sebanyak 20 cekeng atau wadah, rata-rata seberat 20 kilogram, yang dibelinya dari sejumlah nelayan bagan congkel di pusat pendaratan ikan Muara Piluk Bakauheni.

Namun, angin kencang dan gelombang tinggi membuat sejumlah nelayan bagan congkel memperoleh tangkapan minim, bahkan satu bagan congkel biasanya memperoleh ikan teri jenis teri nasi dan teri biasa sebanyak 100 hingga 150 cekeng, kini hanya memperoleh 60 hingga 80 cekeng dan masih harus dibagi dengan beberapa pembuat teri asin dan teri tawar.

“Nelayan bagan congkel pagi hari sudah mendarat, lalu kita beli teri biasa sebanyak dua puluh cekeng karena sebagian dibeli juga oleh pembuat teri asin, dengan cara perebusan dan harus mempergunakan bahan baku garam,” terang Haji Aras, saat ditemui Cendana News tengah menjemur ikan teri pada sejumlah senoko atau para-para bambu, Selasa (23/1/2018).

Haji Aras mengungkapkan, meski bahan baku saat ini minim, dengan hanya membeli 10 cekeng seharga Rp200.000 per cekeng seberat 100 kilogram  seharga Rp2 juta, dirinya menyebut harga jual teri tawar kering lebih menguntungkan dibandingkan teri rebus atau teri asin.

Teri tawar dengan pengeringan secara manual menggunakan sinar matahari tersebut diakuinya dijual dengan harga Rp60.000 per kilogram atau Rp6 juta untuk 100 kilogram teri tawar.

Haji Aras mengungkapkan, membeli bahan baku agar ikan teri bisa dikeringkan dan bisa bertahan hingga maksimal dua pekan. Meski daya simpan lebih lama ikan teri asin rebus, namun harga teri asin rebus saat ini hanya berkisar Rp45.000 per kilogram.

Lihat juga...