Petani Jagung di Sikka Butuh Sekolah Lapang
MAUMERE – Petani jagung di Kabupaten Sikka membutuhkan keberadaan sekolah lapang. Hal itu dikarenakan, petani jagung lebih di dominasi oleh petani tradisional dan sebagian besar sudah berumur lebih dari 40 tahun.

Keberadaan sekolah lapang untuk mendukung para petani jagung mengenali ilmu mengenai pertanian modern. “Ke depan mungkin lebih banyak diberikan pelatihan atau sekolah lapang sebab petani kita rata-rata petani tradisional. Dengan begitu mereka bisa menjadi petani sejati, petani yang bisa mengolah lahan yang ada dengan teknologi yang benar agar mendapatkan hasil panen maksimal,” tutur penangkar benih dan penyuluh swadaya pertanian Desa Langir, Kangae Ignatius Iking, Selasa (16/1/2018).
Di 2017 kata penyuluh swadaya pertanian di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wa Wua desa Langir tersebut, ada program sekolah lapang. Pelatihan di lakukan saat musim panas, dengan tujuan saat memasuki musim hujan yang biasa menjadi awal musim tanam, petani bisa mempraktekan ilmu yang didapt dari sekolah lapang.
Iking berharap, di Desa Langir yang memiliki lima dusun ada satu kelompok yang mendapat sekolah lapang khusus jagung. Selain sekolah lapang, juga dibangun iklim komunikasi antar kelompok petani agar ada media saling bertukar ilmu dan pengalaman.
“Pihak desa telah kami himbau agar bisa mengalokasikan dana untuk kegiatan sekolah lapang. Semuanya demi kesejahteraan petani di desa mereka. Ini penting sebab ilmu pertanian selalu berkembang,” terangnya.