Suwardi, pemilik lahan pertanian di desa yang sama bahkan mengaku terpaksa berada di sawah meski dalam kondisi hujan untuk menyingkirkan sampah yang terbawa arus sungai yang sebagian menyebabkan penyumbatan alur sungai dan membuat air meluap.
Dampak banjir selain merendam areal persawahan di Desa Pasuruan juga merendam lahan pertanian di Desa Klaten dengan lahan puluhan hektar berupa lahan pertanian padi sawah dan jagung.
Lahan pertanian jagung milik Prayit warga Klaten bahkan harus hanyut dilanda derasnya arus banjir yang disebabkan dipindahnya saluran irigasi akibat proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS).
Saluran irigasi dengan diameter 122 sentimeter pada empat titik di jalan desa yang semula merupakan saluran alam mulai diubah untuk proyek pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera di STA 17 hingga STA 18 sehingga banjir kerap melanda saat banjir.
Kepala Desa Klaten, Joniamsyah yang langsung meninjau lokasi pasca banjir menyebut luapan banjir akibat kurang besarnya saluran air menyebabkan areal persawahan padi dan jagung terendam setinggi 80 sentimeter.
“Kita sudah koordinasikan dengan pihak pelaksana Jalan Tol Trans Sumatera agar dibuatkan saluran baru dengan ukuran lebih besar sekaligus dikerahkan alat berat,” beber Joniamsyah.