Tudi Laba, Ritual Mohon Kebijaksanaan Etnis Tana Ai

Darah kambing ini dicampur dengan darah ayam dan diletakan bersama beras, ikan kering serta telur ayam dan sirih pinang di dalam Korak (tempurung kelapa) serta bakul dari anyaman daun lontar yang nantinya akan dipersembahkan di Mahe.

“Setiap orang yang memiliki ujud pribadi bisa membawa ayam atau telur dimana satu per satu membawa persembahannya sendiri di hadapan Marang dimana ayam akan disayat lidahnya dan darahnya diambil untuk diletakan di dalam tempurung kelapa,” terangnya.

Yohanes Yan Lewar (kiri) Marang atau penglima perang adat Tana Ai Mahe Boganatar desa Kringa. Foto : Ebed de Rosary

Selain itu, telur ayam pun sama hanya dipecahkan bagian atasnya dan diambil sedikit putih telurnya untuk dicampur dan diperciki di atas persembahan. Biasanya kata Yosef, warga dengan yang membawa ayam atau telur memohon agar diberikan keberhasilan dalam usaha, pendidikan dan kesehatan.

“Biasanya warga atau anak suku yang memiliki ujud dan permintaan khusus membawa ayam atau telur. Ini juga sebagai lambang ucapan syukur mereka karena telah meraih keberhasilan,” ungkapnya.

Sesudah acara Tudi Laba, beber Yosef, segala hewan yang disembelih akan dimasak dan dimakan bersama semua peserta. Setelah itu dilakukan perarakan dengan membawa hewan kurban dari semua suku ke Mahe tempat digelarnya ritual puncak Glen Mahe.

Lihat juga...