[Review Film] Wage: Berjuang dengan Lagu Kebangsaan
Stanza II:
Indonesia Tanah yang mulia / tanah kita yang kaya /
Di sanalah aku berdiri / untuk slama-lamanya /
Indonesia tanah pusaka / pusaka kita semuanya /
Marilah kita mendo’a / Indonesia bahagia//
Suburlah tanahnya / suburlah jiwanya /
Bangsanya, rakyatnya, semuanya//
Sadarlah hatinya / sadarlah budinya /
Untuk Indonesia Raya//
Refrain (sama dengan stanza 1, dibawakan 2 kali)
Stanza III:
Indonesia tanah yang suci / tanah kita yang sakti /
Di sanalah aku berdiri / N’jaga Ibu Sejati /
Indonesia, tanah berseri / tanah yang aku sayangi /
Marilah kita berjanji / Indonesia abadi //
S’lamatlah rakyatnya / Slamatlah putranya /
Pulaunya, lautnya, semuanya//
Majulah neg’rinya / majulah pandunya/
Untuk Indonesia Raya //
Refrain (sama dengan stanza 1, dibawakan 2 kali)
Banyak dialog dalam film ini penuh semangat, seperti di antaranya, “Kau bisa penjarakan tubuhku, tapi jiwaku akan selalu bebas merdeka”, “Negara ini butuh banyak orang gila untuk merdeka, Indonesia harus merdeka” ucapan Wage yang begitu mengidam-idamkan kemerdekaan Indonesia, lagu kebangsaan Indonesia Raya karyanya abadi hingga hari ini, meskipun ia meninggal sebelum Indonesia merdeka.
Pada peringatan hari pahlawan 10 November 1961 saat pidato, Ir Soekarno berkata lewat pidatonya “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan”. Saatnya kita mengingat, menghargai dan belajar dari tokoh bangsa dimasa lalu. Film Wage menyiratkan kisah kepahlawanan WR Supratman yang berjuang dengan lagu kebangsaan.