KUALA LUMPUR – Prospek ekonomi negara-negara Asia Tenggara terlihat cerah selama tahun-tahun mendatang, didukung oleh integrasi regional yang lebih besar, konektivitas transportasi yang lebih baik, dan momentum reformasi berkelanjutan.
Mengutip Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dan Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok sebagai dua faktor kunci selain dari Komunitas Ekonomi ASEAN (Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) atau AEC, unit Fitch Group, BMI Research mengatakan, bahwa elemen tersebut akan membawa kawasan lebih dekat bersama-sama dan memicu pertumbuhan di tahun-tahun mendatang.
Di antara negara-negara itu, lembaga riset tersebut memperkirakan Myanmar dan Vietnam menjadi tumbuh lebih dari rata-rata, sementara Singapura dan Brunei yang telah memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita yang jauh lebih tinggi, kemungkinan akan melihat tingkat ekspansi yang jauh lebih lambat.
Myanmar diperkirakan tumbuh rata-rata 7,2 persen per tahun dalam 10 tahun ke depan, karena peningkatan investasi, dibantu oleh perbaikan lingkungan bisnis dan stabilitas politik yang lebih besar. Demikian laporan dari Fitch Group, pada Jumat (24/11/2017).
Sedangkan untuk Vietnam, pertumbuhannya akan didukung oleh lingkungan politik yang stabil, momentum reformasi yang sedang meningkat, lingkungan bisnis yang membaik, dan sektor manufaktur memperoleh keuntungan dari perusahaan multinasional yang melakukan relokasi di Vietnam untuk biaya produksi yang lebih rendah.
Lembaga penelitian tersebut, selanjutnya melihat Filipina sebagai salah satu titik cerah regional, dengan pertumbuhan PDB yang cenderung rata-rata 6,2 persen selama dekade yang akan datang. “Tapi, risiko-risiko pada sisi negatifnya karena lingkungan bisnis sedikit melemah,” tambahnya.