Berkat Upsus Siwab Peternak Lamsel Raih Keuntungan
“Sekarang peternak seperti saya dan ratusan petani di wilayah ini yang sekaligus menjadi peternak tidak akan pernah menjual atau memotong ternak sapi yang berpotensi menjadi indukan,” paparnya.
Program upsus Siwab tersebut diakuinya sekaligus menahan laju keinginan warga yang berniat menjual indukan sapi sekaligus memiliki kebutuhan untuk daging terutama saat akan melakukan resepsi atau hajatan dan akan melangsungkan kurban.
Sistem yang diterapkan saat ini diakui Joko petani sekaligus peternak yang terpaksa dan mendesak membutuhkan ternak untuk dipotong namun memiliki sapi,kerbau,kambing betina menerapkan sistem “tukar tambah”.
Penjualan sistem tukar tambah antar peternak diakuinya dilakukan dengan mengganti ternak yang akan dipotong menjadi ternak jantan sehingga ternak berpotensi menjadi indukan dan bunting tidak akan dipotong melainkan masih akan dipelihara peternak lain.
Ia menyebut selisih harga sapi betina dan sapi jantan untuk sapi siap potong diakuinya bisa berkisar Rp5 juta hingga Rp6 juta sehingga peternak tinggal menyediakan selisih uang tersebut untuk meminimalisir indukan atau ternak betina agar tidak dipotong.
“Sistem ini setidaknya sudah bergulir dan menjadi upaya peternak menyelamatkan indukan ternak sekaligus memberi keuntungan kedua belah pihak serta akan meningkatkan populasi ternak di wilayah kami,” kata Joko.
Upsus Siwab pada ternak sapi,kerbau dan kambing di wilayah tersebut diakui Joko ikut didukung dengan pasokan pakan hijauan melimpah dari pertanian padi berupa jerami dan tebon jagung sekaligus himbauan dari Dinas Peternakan Lamsel agar peternak memanfaatkan area perkebunan untuk ditanami jenis rumput gajahan dan kolonjono sebagai sumber pakan.