“Iran sekarang untuk sementara melaksanakan Protokol Tambahan bagi Kesepakatan Perlindungan Menyeluruhnya dengan IAEA. Alat pengabsahan yang kuat yang memberi para penyelidik kami akses lebih besar bagi informasi dan dan lokasi di Iran,” kata Amano.
Berdasarkan kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada 2015, IAEA diminta mengabsahkan apakah Iran memenuhi komitmennya untuk mengurangi program nuklirnya dan memberi transparan lebih besar pada rencana atomnya.
Sementara itu pencabutan sertifikasi AS takkan membuat Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada saat ini, tapi itu akan membuka jendela 60-hari, yang memungkinkan Kongres AS memberlakukan kembali sanksi yang berkaitan dengan nuklir atas Iran, langkah yang akan berarti pelanggaran terhadap kesepakatan oleh pihak AS.
Selama pidatonya pada Jumat, Trump menyebut kesepakatan nuklir Iran, yang secara resmi dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), sebagai salah satu transaksi yang paling jelek yang pernah dimasukan Amerika Serikat. Trump menyalahkan Iran karena melakukan banyak pelanggaran kesepakatan dan tidak menghidupkan semangat kesepakatan tersebut.
Tuduhannya mengenai pelanggaran Iran terhadap kesepakatan itu tampaknya bertolak-belakang dengan pernyataan Menteri Dalam Negerinya Rex Tillerson, yang sebelumnya mengatakan berdasarkan JCPOA, Amerika Serikat tidak membantah bahwa Iran melakukan kepatuhan teknis.
IAEA pada masa lalu delapan kali memberi pengesahan mengenai kepatuhan Iran pada kesepakatan nuklir tersebut. “Sebagaimana telah saya laporkan ke Dewan Gubernur, komitmen yang berkaitan dengan nuklir yang dilakukan oleh Iran berdasarkan JCPOA dilaksanakan,” kata Amano. (Ant)