WHO Siapkan Strategi Baru Hadapi Wabah Kolera  

JENEWA – Badan Kesehatan Dunia (WHO) bulan depan meluncurkan strategi baru untuk program penghentian penyebaran kolera pada 2030. Hal tersebut sebagai respon terhadap kejadian merebaknya penyebaran penyakit tersebut di sejumlah daerah.

Penyebaran wabah tersebut di Yaman, yang belum pernah terjadi, kini mencakup 700.000 penderita dengan sedikit tanda akan pelambatan penyebaran panyakit itu. WHO juga berusaha agar wabah itu tidak merebak di Nigeria, ketika mereka menangani banyak wabah di Afrika dan satu di Haiti, tempat hampir 10.000 orang meninggal sejak 2010.

“Setelah wabah menyebar, akan sangat sulit mengatasinya. Wabah itu menyebar seperti api membakar hutan,” kata Ahli Kolera WHO untuk penyakit pandemi dan epidemi Dominique Legros, Selasa (19/9/2017).

Wabah kolera dari catatan WHO sering muncul di daerah konflik atau perang. Dan saat ini WHO mengirim pakar ke Bangladesh untuk mengamati ancaman wabah terhadap warga Rohingya, yang lari dari kekerasan di Myanmar.

Di Yaman, ledakan penyebaran wabah yang tercatat telah menyebabkan 686.783 penderita yang diduga terjangkit kolera dan 2.090 kematian sejak akhir April. Jumlah kematian telah berkurang namun penyebaran penyakit belum. Dalam seminggu ini, terdapat 40.000 penderita yang diduga terjangkit, paling banyak dalam tujuh pekan belakangan.

Legros mengatakan bahwa tidak mungkin dapat memperkirakan perkembangan penyebaran wabah, namun Yaman kemungkinan akan tetap terserang wabah untuk waktu yang lama. “Ancamannya mungkin cenderung tinggi,” tambahnya.

Tingkat kematian yang rendah menunjukkan bahwa penyebaran wabah tersebut sebenarnya tidak parah, meskipun mungkin ada banyak kematian yang tidak terhitung di masyarakat. Jumlah penderita yang diduga terjangkit di Yaman tidak dapat dicatat secara akurat dan banyak terdapat penderita yang hanya mengalami diare akut, memiliki gejala dan pengobatan serupa namun tidak disebabkan oleh bakteri kolera.

Lihat juga...