MATARAM – Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengatakan, sampah pada perairan terbuka menjadi tanggung jawab bersama bukan hanya daerah yang dilalui.
“Berapapun kekuatan petugas yang kami kerahkan untuk menangani sampah pada perairan terbuka, tidak akan bisa tanpa adanya komitmen yang sama dengan daerah perbatasan,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Irwan Rahadi di Mataram, Sabtu (30/9/2017).
Pernyataan itu dikemukakannya menyikapi banyaknya sampah di sejumlah sungai di kota itu, salah satunya di Sungai Jangkuk, yang setiap harinya berhasil diangkut sekitar 10 kontainer.
Pengangkutan sampah di Sungai Jangkuk sebanyak 10 kontiner setiap hari itu, karena pemasangan jaring di bawah Jembatan Ampenan, untuk menghindari sampah masuk ke muara Jangkuk.
“Saya yakin, sampah yang diangkut setiap hari itu bukan sampah warga kota atau penduduk yang berada di bantaran Sungai, melainkan juga sampah kiriman dari hulu,” ujarnya.
Pasalnya, untuk penanganan sampah di pinggir sungai saat ini telah dilakukan dengan beberapa instrumen diantaranya, menyediakan tempat pembuangan sementara, pengelolaan sampah oleh para komunitas sungai, serta mengoptimalkan kendaraan roda tiga.
Setelah kendaraan roda tiga resmi beroperasional sejak akhir Mei 2017 di 325 lingkungan se-Kota Mataram, penanganan sampah lingkungan lebih optimal. “Dengan demikian, kecil kemungkinan adanya masyarakat yang membuang sampah di sungai atau perairan terbuka lainnya,” katanya.
Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, H Mahmuddin Tura, mengatakan, pemasangan jaring di bawah jembatan Ampenan sudah berjalan hampir tiga tahun.