Rehabilitasi Lahan Kritis, Warga Sukamulya Tanam Kayu Albasia
Beberapa jenis tanaman kayu yang sudah ditanam pada tahap pertama bahkan sudah dipanen untuk memenuhi permintaan panglong atau tempat penggergajian kayu sebagai bahan palet kotak kemasan barang. Bagian batang yang dimanfaatkan sebagai bahan palet tersebut sebagian dimanfaatkan untuk bahan bakar proses pembakaran batu bata dan genteng di sejumlah tobong bata dengan harga Rp350 ribu per mobil sementara per kubik kayu sengon dan albasia dijual dengan harga berkisar Rp1,8 juta hingga Rp2 juta.
Ratusan batang kayu sengon dan albasia tersebut awalnya ditanam dalam kondisi tanah yang gersang sehingga dirinya terpaksa harus rajin melakukan proses penyiraman setiap pagi dan sore. Hasilnya sebagian besar lahan yang semula gersang sudah cukup subur dengan berbagai tanaman kayu sehingga lahan yang semula gersang kembali menghijau dan cukup teduh.
“Sebagian tanaman kayu sengaja dipanen dengan sistem tebang pilih sehingga tetap tersisa tanaman lain yang selanjutnya ditanam dengan bibit tanaman baru agar tidak kembali gersang,” terang Suwardi.
Selain Suwardi, warga lain yang mulai melakukan rehabilitasi lahan bekas galian pembuatan batu bata di antaranya Ngadimun. Ia warga Dusun Kuningan Desa Tanjungsari yang mengalami dampak kekurangan air akibat tidak adanya tanaman di wilayah tersebut berimbas sumurnya mengalami kekurangan debit air. Ngadimun yang memproduksi batu bata juga harus memanfaatkan air kubangan dan air sungai untuk membuat batu bata yang berlangsung belasan tahun hingga kini.