Rehabilitasi Lahan Kritis, Warga Sukamulya Tanam Kayu Albasia

LAMPUNG – Kondisi tanah padas dan gersang menjadi pemandangan biasa di wilayah Desa Sukamulya Kecamatan Palas sehingga sebagian warga memilih berprofesi sebagai pembuat batu bata, genteng serta tungku abu sekam padi akibat sebagian lahan tidak bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.

Meski demikian bagi Suwardi (56) sebagian lahan yang sempat digali sebagai bahan baku pembuatan batu bata serta sebagian digunakan untuk proses pembuatan genteng, kini disulap menjadi lahan subur yang menghijau dengan beragam jenis pohon dominan di antaranya tanaman albasia, sengon, waru gunung, salam dan jati, serta sebagian ditanami bambu.

Suwardi menyebut, pada lahan setengah hektar di dekat rumahnya serta setengah hektar di dekat tobong bata yang pernah beroperasi semenjak tahun 1990, sebagian dipenuhi kolam besar akibat proses penggalian tanah. Setelah habis, sebagian warga termasuk dirinya mulai membeli tanah dari wilayah lain. Kini dengan harga Rp300 ribu untuk satu bak kendaraan L300 termasuk bahan bakar berupa kayu dan sekam yang harus didatangkan dari luar wilayah.

“Ciri khas pemilik usaha pembuatan batu bata pasti di lahan pekarangannya penuh dengan lubang galian tetapi selanjutnya sudah rata karena ditimbun. Mengakibatkan lingkungan menjadi gersang karena tidak ada tanaman,” ungkap Suwardi, saat ditemui Cendana News di lahan kebun yang semula merupakan bekas pembuatan batu bata dan kini sudah menghijau dengan berbagai jenis tanaman kayu yang subur, Rabu (6/9/2017).

Lahan yang digali untuk bahan baku pembuatan batu bata tersebut semenjak tahun 2000 sudah mulai ditanami dengan berbagai jenis kayu yang menurut Suwardi diambil secara cuma-cuma dari pusat persemaian permanen milik Kementerian Kehutanan di Kecamatan Ketapang. Ratusan bibit kayu sengon serta albasia dan jenis kayu lain ditanam secara bertahap melanjutkan tanaman lain yang ditanamnya, hasil membeli bibit dari pedagang bibit keliling.

Lihat juga...