KSPI: Otomatisasi Gardu Tol Berpotensi Tingkatkan Pengangguran

Namun demikian, perubahan kerja tersebut tidak secara langsung dilakukan, dan bertahap dengan jangka waktu sekitar tiga bulan setelah pemberlakukan otomatisasi gardu tol. “Ini karena penerapan otomatisasi awal dipastikan membutuhkan petugas gardu tol di lapangan untuk memandu, khususnya di pintu tol,” katanya.

Ia berharap, penerapan otomatisasi gardu tol akan meningkatkan transaksi nontunai sesuai dengan program pemerintah yang mendorong gerakan nontunai di berbagai segmentasi.

Berdasakan data Jasa Marga Cabang Surabaya-Gempol dalam kurun lima tahun terakhir, penggunaam transaksi nontunai di ruas tol Jasa Marga setempat masih minim, sekitar 18 persen, dari total 270 ribu volume kendaraan per hari yang lalu-lalang, atau yang menggunakan masih sekitar 4 ribu hingga 6 ribu pengendara.

“Kenaikannya juga tidak siginifikan, yakni rata-rata tiga persen, sebab sebelumnya penggunanya hanya sekitar 15 persen, dan kini naik tiga persen jadi 18 persen,” katanya.

Selain masalah pekerja gerbang tol, juga ada masalah lain yang akan terjadi dalam penerapan kebijakan penerapan nontunai, di antaranya adalah kemacetan di pintu-pintu tol.

Di wilayah Jatim, Teddy mengaku akan menerapkan kebijakan itu secara bertahap, atau tidak serentak bersamaan per 1 Oktober 2017, tujuannya untuk menghindari adanya kemacetan di beberapa pintu gerbang tol.

Untuk tahap pertama, kata dia, dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2017 dengan penerapan wajib di Pintu Tol Satelit, Gunungsari 1 dan 2, Kejapanan dan Pintu Tol Gempol.

Tahap kedua, diterapkan pada tanggal 10 Oktober 2017 di Pintu Tol Dupak dan Banyu Urip 1 hingga 5, disusul tahap ketiga tanggal 17 Oktober 2017 akan diwajibkan di Pintu Tol Waru.

Lihat juga...