Indonesia Targetkan 2020 Bebas Rabies

Ia menyampaikan data, bahwa 87 persen kasus hewan (dari 529 sampai 65 kasus), dan kasus manusia mencapai 100 persen (dari 15 menjadi 0 kasus) menurun di Bali dari kurun waktu 2015 sampai Juli 2017.

FAO ECTAD merupakan pusat darurat yang didirikan tahun 2004 untuk secara khusus membantu negara-negara anggota FAO dalam merespon krisis penyakit kesehatan hewan lintas wilayah.

Tingginya ancaman virus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) membawa FAO ECTAD ke Indonesia pada 2006.

Sejak itu, FAO ECTAD Indonesia telah bekerja sama dengan Kementan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan Pemerintah Indonesia dalam mengendalikan HPAI. Kini, FAO ECTAD terus mendukung upaya pengendalian HPAI dan penyakit endemis lainnya, seperti Rabies dan Anthrax.

Selain itu, FAO ECTAD juga berfokus pada ancaman kesehatan global yang baru atau yang muncul kembali, yang “berpindah” ke manusia melalui populasi hewan, termasuk Ebola, MERS-CoV and Zika.

Laman http://www.bertuahpos.com merujuk pada suatu studi dari rabiesalliance.org, organisasi yang fokus dalam menangani kasus rabies, yang menyatakan bahwa sebanyak 99 persen penyebaran rabies ditularkan oleh anjing.

Organisasi itu melansir sebanyak 59.000 orang meninggal dunia setiap tahun disebabkan oleh rabies, dan penyakit ini menyebar di lebih dari 150 negara di dunia.

Meski berdampak serius, di mana disebut CIVAS bahwa Rabies merupakan penyakit hewan menular yang bersifat fatal, baik pada manusia maupun hewan, dapat menyebabkan beban sosial dan ekonomi yang besar, dan merupakan penyakit yang diabaikan serta kurang dilaporkan, namun bisa ditangani.

Salah satu cara pencegahan rabies adalah dengan memberi vaksin rabies, baik kepada manusia maupun hewan peliharaan.

Lihat juga...